1.
Unsur-unsur
fiksionalitas dalam prosa fiksi:
·
Tema
·
Alur/plot
·
Latar/setting
·
Tokoh dan penokohan
·
Gaya
·
Sudut pandang
·
Amanat
2.
Hubungan
antar unsur tersebut
ü Tema
Hartoko dan Rahmanto (dalam
Nurgiyantoro, 2005:68), tema merupakan gagasan dasar yang merupakan gagasan
dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung didalam teks
sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau
perbedaan-perbedaan. Sedangkan menurut Aminuddin (1987 : 91), untuk memahami
tema, pembaca terlebih dahulu harus memahami unsur-unsur signifikasi yang
membangun suatu cerita menyimpulkan makna yang dikandungnya, serta mampu
menghubungkannya dengan tujuan penciptaan pengarangnya.
Menurut Aminuddin (1987
: 92). Dalam upaya pemahaman tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa
langkah-langkah berikut :
1) Memahami
setting dalam prosa yang dibaca.
2)
Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca
3) Memahami satuan
peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca
4) Memahami
plot ataau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca
5) Menghubungkan
pokok-pokok pikiran yang satu dengan lainnya yang disimpulkan dari satuan
–satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita
6) Menentukan
sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran yang ditampilkan
7) Mengidentifikasi tujuan pengarang memaparkan
ceritanya denan bertolak dari satuan pokok serta sikap pengarang terhadap pokok
pikiran yang ditampilkan
8) Menafsirkan
tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam satu dua kalimat yang
diharapkan ide dasar cerita yang dipaparkan yang pengarangnya.
ü Plot/Alur
Plot/Alur
merupakan unsur cerita fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang
menanggapinya sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur cerita fiksi yang
lain.
Stanton
(dalam Nurgiyantoro, 2005 : 113) mengemukakan bahwa Plot / Alur adalah cerita
yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara
sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya
peristiwa yang lain.
Penampilan
peristiwa demi peristiwa yang hanya mendasarkan diri pada urusan waktu saja
belum merupakaan Plot. Agar menjadi sebuah Plot, peristiwa-peristiwa ini
haruslah diolah dan disiasati secara kreatif, sehingga hasil pengolahan dan
penyiasatannya itu sendiri merupakan suatu yang indah dan menarik, khususnya
dalam kaitannya dengan karya fiksi yang bersangkutan secara keseluruhan.
Setiap
cerita mempunyai plot yang merupakan satu kesatuan tindak. Menurut Nurgiyantoro
(2005 : 153-163) plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yang berbeda
berdasarkan sudut-sudut tinjauan dan kriteria yaitu :
v Berdasarkan
kriteria urutan waktu
Urutan
waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam karya fiksi yang bersangkutan. Macam-macam plot berdasarkan
urutan waktu yaitu :
1. Plot
maju atau lurus
2. Plot
mundur atau sorot balik
3. Plot
campuran
ü Latar
/ Setting
Abrams
(dalam Nurgiyantoro, 2005 : 216) setting atau latar disebut juga sebagai landas
tumpu, mengarah pada pengertian tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Unsur
latar setting atau dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok, yaitu: (1) Latar
tempat adalah menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi. (2) Latar waktu adalah latar yang berhubungan dengan
masalah “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
(3) Latar sosial adalah latar yang menyarankan pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 2005 : 227-233).
ü Tokoh
dan Penokohan
Peristiwa
dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu
diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mengemban peristiwa
mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh atau pelaku-pelaku tertentu.
Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa mampu
menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh. Sedangkan cara pengarang
menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut dengan penokohan (Aminuddin 1987 :
79).
Nurgiyantoro
(2005: 176-194), menerangkan bahwa peran tokoh-tokoh cerita dalam sebuah karya
fiksi dapat dibedakan kedalam beberapa jenis. Berdasarkan perbedaan sudut
pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat dibedakan yakni :
Segi
peranan
a)
Tokoh Utama adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam cerita pendek yang
bersangkutan
b)
Tokoh Tambahan adalah yang hanya melengkapi dalam bentuk konflik
2.
Segi fungsi penampilan tokoh
a)
Tokoh Protogonis adalah tokoh yang memerankan prilaku positif
b)
Tokoh Antagonis adalah tokoh yang penyebab terjadinya konflik atau pelaku
negatif
ü Gaya
Aminuddin
(1987:76) menerangkan bahwa gaya adalah cara seorang pengarang menyampaikan
gagasannya lewat media bahasa yang indah dan harmonis meliputi aspek-aspek :
(1) pengarang, (2) ekspresi, (3) gaya bahasa. Sebab itulah ada pendapat yang
menjelaskan bahwa gaya adalah orangnya atau pengarangnya karena lewat gaya kita
dapat mengenal bagaimana sikap dan endapan pengetahuan, pengalaman dan gagasan
pengarannya. Gaya erat kaitannya dengan ekspresi karena jika gaya adalah cara
dan alat seorang pengarang untuk mewujudkan gagasannya, maka ekspresi adalah
proses atau kegiatan perwujuadan itu sendiri. Sebab itulah gaya dapat juga
disebut sebagai cara, teknik maupun bentuk pengekspresian suatu gagasan.
ü Sudut
Pandang (Point Of View)
Menurut
Booth (dalam Nurgiyantoro, 2005:249) sudut pandang (point of view) merupakan
teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya
artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca. Sedangkan
menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:248) Point of view adalah cara dan
atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan
tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Sudut
pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana
untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk
cerita dalam sebuah karya sastra (Abrams, 1981 : 142). Terdapat beberapa jenis
sudat pandang.
ü Amanat
Amanat
adalah pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat utama harus
merujuk pada tema. Pesan moral lainnya dapat ditemukan tersebar dalam cerita.
3.
Contoh
hubungan antar unsur tersebut
Suatu hari, salah satu
teman Hou I menceritakan tentang “Pil Abadi” Hou I langsung mengirim utusannya
untuk mendapatkan pil tersebut untuknya dari Ratu Barat.
Sang Ratu tinggal
sendirian di atas sebuah gunung yang tinggi. Dia sangat jelek, giginya panjang
dan tajam seperti harimau, dia juga memiliki sembilan buah ekor. Dia
menghabiskan waktu membuat obat dari rumput, daun dan bunga. Pada awalnya, dia
tidak ingin memberikan pil itu pada hamba Hou I. Ketika ia mengatakan siapa
tuannya itu, ia menjadi takut. Dia cepat menyerahkan pil tersebut kepadanya.
“Katakan pada majikanmu
bahwa pil ini sangat kuat?” Katanya. “Dia tidak boleh memakannya pada saat
bulan purnama. Jika dia melakukannya, dia akan terbang langsung ke bulan.”
Hou I sangat senang
mendapatkan pil tersebut. Istrinya menyimpannya di sebuah lemari di kamarnya. Suatu
malam, saat ia menatap bulan purnama, ia tiba-tiba memutuskan untuk memakan pil
tersebut. Tubuhnya terasa menjadi ringan dan injakannya meninggalkan tanah. Dia
mulai mengambang di langit menuju bulan.
Ketika suaminya melihat
kejadian tersebut, ia mencoba untuk menjatuhkannya dengan busur dan anak panah.
Tapi dia sudah terlalu tinggi. Dalam waktu singkat, dia mendarat di bulan. Dia
merasa sangat dingin dan kesepian. Dia pun memikirkan suaminya setiap hari dan
ingin kembali padanya. Tapi tidak ada jalan bagi dia untuk melakukannya. Akhirnya,
ia membangun sebuah rumah kecil di mana dia tinggal sendirian.
4.
Penjelasan
dari contoh soal no.3
Tema:
Penyesalan Seorag Istri.
Dari kutipan “...Dia pun memikirkan
suaminya setiap hari dan ingin kembali padanya. Tapi tidak ada jalan bagi dia
untuk melakukannya. Akhirnya, ia membangun sebuah rumah kecil di mana dia tinggal sendirian.”
Alur/plot: Maju
“...ia
membangun sebuah rumah kecil di mana ia tinggal sendirian... “ (disini
dapat dijelaskan bahwa istri dari Hou I pada akhirnya tinggal di bulan akibat
ulahnya sendiri yang telah lancang meminum pil dari Ratu Barat tanpa seizin
suaminya dan ia menjadi Putri Bulan.)
Latar/setting:
Tempat
“Di atas sebuah gunung yang tinggi...”
(kalimat tersebut menjelaskan tempat tiggal Ratu Barat yang terletak di atas
gunung yang tinggi).
“...lemari di dalam kamarnya...”
(menjelaskan bagian dari rumah Hou I dan Istrinya).
“...mendarat di bulan...” (bulan salah satu bagian
tata surya yang pada cerita ini menjadi tempat tinggal istri Hou I)
Waktu
“Suatu hari...”
(dari dua kata tersebut dapat menunjukkan waktu terjadinya kisah Putri Bulan
walaupun tidak secara jelas).
“Suatu
malam...” (dua kata tersebut juga menjelaskan waktu dalam cerpen tersebut)
Sosial
“...mengirim utusannya...” (dari kata
tersebut seperti sebuah titah raja kepada anak buahnya yang disebut utusan)
Tokoh
dan penokohan
Tokoh
Hou
I
Istrinya
Ratu
Barat
Penokohan
Hou
I:
Pemimpin dalam kutipan “ Hou I langsung mengirim
uusannya”
Peduli
dalam kutipan “Ketika suaminya melihat kejadian tersebut, ia mencoba untuk
menjatuhkannya dengan busur dan anak panah...”
Egois dalam kutipan “...saat ia menatap bulan purnama, ia tiba-tiba
memutuskan untuk memakan pil tersebut...”
Ratu Barat :
Keras dalam kutipan “Dia sangat
jelek, giginya panjang dan tajam seperti harimau, dia juga memiliki sembilan
buah ekor.”
Penakut dalam kutipan “Pada awalnya, dia tidak ingin
memberikan pil itu pada hamba Hou I. Ketika ia mengatakan siapa tuannya itu, ia
menjadi takut. Dia cepat menyerahkan pil tersebut kepadanya.”
Gaya:
dari keseluruhannya
cerpen tersebut dapat disimpulkan pengarang menggunakan diksi yang denotatif,
sebab kalimat-kalimat yang ada mudah untuk dicerna oleh pembaca.
Sudut
pandang:
Orang pertama pelaku
utama (Hou I) dalam kutipan “...Hou I langsung mengirim utusannya...”
Amanat:
Tidak sepantasnya sebagai seorang
istri bersikap semaunya kepada suaminya, dengan lancang mengambil barang tanpa izin.
Seperti pada kutipan “...saat ia menatap
bulan purnama, ia tiba-tiba memutuskan untuk memakan pil tersebut...”